Rabu, 12 Desember 2007

Blog Picu Gerakan Ganyang 'Anti-Indon'

Jakarta - Gerakan ganyang 'anti-Indon' marak beredar di kalangan pengguna internet Indonesia via instant messaging. Semua berawal dari blog yang menjelek-jelekkan Indonesia.

"Tolong Flag website ini, website yang berisi blog dari Malaysia yg jelek-jelekin bangsa indonesia. Semakin banyak yg Flag, semakin cepet websitena ditutup. Tolong forward ke temen2 bangsa Indonesia yang lainnya yaph. Makasih. (Flag terletak di atas disebelah Search Blog)," bunyi pesan tersebut.

Dari isinya, terlihat bahwa si penerima pesan diharapkan dapat memberi Flag pada blog yang bernaung di Blogspot itu. Tujuannya, untuk memberi tahu pengelola Blogspot bahwa blog ini menurut pengguna layak di-black list, sehingga untuk selanjutnya blog tersebut diharapkan dapat ditutup.

Pasalnya, isi dari blog tersebut memang bernada sangat miring untuk Indonesia. Mulai dari menjelek-jelekkan Pancasila sebagai dasar negara kita hingga berkomentar soal Bendera Merah Putih yang dianggap nyolong dari Polandia.

Tak ayal, konten tersebut membuat kuping warga negara Indonesia yang mengetahui keberadaan blog ini memerah. Terbukti dari ratusan komentar yang masuk ke blog ini yang mayoritas mengecam. Mereka ingin mengganyang si pelaku yang 'anti-indon'. Indon adalah panggilan untuk orang Indonesia yang biasa digunakan oleh orang di Malaysia atau Singapura, biasanya dengan nada agak pejoratif. ( ash / wsh )

Pemenang Nobel: Internet Bodohkan Manusia

Jakarta - Manfaat internet diamini orang banyak. Namun Doris Lessing (88 tahun), pemenang Nobel Sastra 2007 rupanya tak terlalu terkesima dengan kilauan kemajuan teknologi ini. Menurutnya, internet telah menggiring manusia ke dalam 'kekosongan' dan membuat orang tak tahu apa-apa alias bodoh.

"Telah umum di kalangan anak muda yang meski bertahun-tahun menempuh pendidikan namun tak tahu apa-apa mengenai dunia, tidak membaca apapun dan hanya tahu beberapa hal, misalnya komputer," ungkap Doris dalam pidatonya seperti dikutip detikINET dari Sidney Morning Herald, Selasa (11/12/2007).

Dikatakannya bahwa di negara berkembang macam Zimbabwe, anak-anak senang dengan buku namun di negara maju seperti Inggris, para guru justru prihatin karena sebagian pelajar tak mau membaca dan perpustakaan kekurangan pengunjung. Doris pun menyalahkan internet sebagai penyebab semua ini.

Selain itu, Doris yang asal Inggris ini juga menyatakan pendapatnya tentang aktivitas blogging. Ia mengungkapkan bahwa untuk menulis dengan baik, misalnya menulis karya sastra, orang harus akrab dengan perpustakaan dan bukannya dengan blog.

Meski di lain pihak juga mengakui manfaat internet, penemuan teknologi ini disebutnya membuat orang jadi malas mencari informasi sendiri. Hal ini karena menurut Doris, semua hal telah ada di internet.

Pernyataan senada, sebelumnya juga pernah disuarakan penyanyi Inggris Elton John. Kala itu penyanyi gay ini mengaku sangat membenci internet karena dianggap telah merusak kreativitas orang-orang.


( fyk / ash )

Korporasi Belum Siap Adopsi Web 2.0

Sektor korporasi dinilai belum sepenuhnya siap beralih ke fenomena Web 2.0. Takut rusaknya image perusahaan menjadi salah satu pendorong belum banyaknya perusahaan yang mengembangkan Web 2.0.

Hal itu diungkapkan Mas Wigrantoro Roes Setyadi, pengamat telematika yang juga salah satu Ketua Masyarakat Telematika Indonesia (Mastel) di sela-sela acara HP Journalist Workshop XIII 2007, yang digelar 7-9 Desember 2007 di Sheraton Senggigi, Lombok.

Kenapa situs di Indonesia khususnya korporasi belum banyak yang mengembangkan Web 2.0? Karena sulitnya mengendalikan user dan adanya keterbukaan informasi yang ujung-ujungnya takut merusak image perusahaan itu sendiri, jawabnya.

Web 2.0 mengusung prinsip interaktif antara pengelola situs dan pengunjung, namun seringkali perusahaan khawatir user membagi, mengkritik ataupun memberikan informasi secara bebas yang nantinya dapat merusak 'harga diri' perusahaan.

"Kalau ada pertanyaan atau ada apa, terus dijawabnya seminggu lagi kan sudah basi, bukan interaktif lagi namanya," ujar Mas Wigrantoro kepada detikINET.

Mas Wig (sapaan akrab Mas Wigrantoro) menilai, secara teknologi perusahaan sebenarnya sudah siap beralih ke fenomena Web 2.0, namun persoalannya adalah dari sisi manajemen. Secara manajemen belum siap karena banyak korporasi yang mengganggap internet/situs hanya sebagai bagian dari promosi, bukan bagian dari bisnis perusahaan.

"Jadi situs hanya dijadikan sebagai komplemen saja. Banyak perusahaan yang mempunyai situs tapi belum mengintegrasikannya kepada proses bisnis," terangnya lagi.

Hidup dari Komunitas

Web 2.0 dinilai akan lebih 'hidup' di suatu komunitas yang besar misalnya kalangan anak sekolah/universitas, contohnya akucintasekolah.com. Menurutnya, kalau universitas bisa memposisikan situsnya sebagai arena dimana para mahasiswa bebas menulis, memajang karya, tempat dosen berbicara dan berbagi informasi akan sangat bagus sekali.

Web 2.0 akan tumbuh dari organisasi yang punya konsumer besar dan derajat keinteraktifan yang tinggi. "Isu-isunya juga harus multi isu, makanya universitas lebih cocok. Yang belajar hukum juga bisa membaca isu anak psikologi misalnya," Wig memberi contoh.

Komunitas itu sendiri harus ada yang bentuk dan akan terbentuk dengan sendirinya. "Contohnya YouTube, apakah dia kontak sana sini untuk mengunjungi YouTube? Enggak, tapi lebih kepada the power of mouth-to-mouth," tukasnya. ( dwn / dwn )

Inilah Rincian Anggaran Situs Pariwisata 'Rp 17M'

Situs pariwisata My-Indonesia.info memiliki rancangan anggaran (pagu) total RP 17,5 miliar selama tahun 2006 hingga 2008. Menurut siaran pers yang diterima detikINET, Selasa (11/12/2007), anggaran yang terealisasi pada 2006 adalah Rp 1,8 miliar (Rp 1.871.286.906).

Kemudian, pada 2007 anggaran yang terealisasi disebutkan sebanyak Rp 5,3 miliar (Rp 5.325.775.816) dari total pagu Rp 5,5 miliar. "Sedangkan pagu anggaran yang diprogramkan untuk tahun depan 2008 adalah Rp 10 miliar, namun tentu saja realisasinya belum dilaksanakan," sebut siaran pers itu.

Saat hendak dikonfirmasi mengenai rincian penggunaan anggarannya, pihak Departemen Kebudayaan dan Pariwisata (Depbudpar) menolak untuk berkomentar. Keterangan lebih lanjut didapatkan dari pihak Indo.com selaku pelaksana teknis My-Indonesia.info.

Menurut Eka Ginting, CEO Indo.com, situs My-Indonesa.info telah ada sejak tahun 2002. Pada 2006, situs tersebut digunakan sebagai bagian dari pemulihan pariwisata di Bali pasca ledakan bom.

Sedangkan pengembangan My-Indonesia.info terbaru dilakukan pada 2007. Menurut Depbudpar, anggaran pada 2007 meliputi electronic marketing dengan komposisi 40 persen untuk pemasangan iklan di media internet dunia, 20 persen untuk memfasilitasi hotel-hotel kecil, dan 40 persen untuk infrastruktur dan pengembangan fitur.

Eka mengatakan, program promosi situs tersebut mulai dilakukan pada Agustus 2007. Pemasangan iklan di media seperti Google dan Yahoo, ujarnya, memang menghabiskan pos dana yang cukup besar.

Untuk program pemberdayaan hotel-hotel kecil, menurut Eka dilakukan juga workshop di Yogyakarta, Lombok, dan Manado. "Kami cerita benefit internet untuk hotel-hotel kecil dan bagaimana supaya mereka bisa di-booking via internet. Ada sekitar 110 hotel yang sudah mengikuti dan bisa di-booking lewat situs itu," ujar Eka.

Infrastruktur situs, Eka memaparkan, terdiri atas empat dedicated server masing-masing di Amerika Serikat, Australia, Singapura, dan Inggris. Selain itu terdapat juga infrastruktur yang digunakan di internal Depbudpar.

"Itu untuk staging server mereka, dan juga untuk pengembangan konten dan segala macam yang dilakukan Budpar," Eka menjelaskan.

Baik pihak Indo.com maupun Depbudpar belum menjelaskan mengenai rancangan anggaran Rp 10 miliar yang bakal digelontorkan untuk My-Indonesia.info pada 2008.
( wsh / ash )